Bagi masyarakat awam yang belum terlalu mengenal kota Kudus yang terlintas di benaknya adalah Menara Kudus, dan beberapa makam wali yang ada di kota Kudus.Tak bisa dipungkiri lagi bahwa Menara Kudus dan makam para walinya merupakan salah satu daya tarik utama kota ini untuk menyedot orang-orang agar berkunjung dan menapak tilas jejak para wali di kota ini.
Sebetulnya ada beberapa tradisi dan sejarah yang masih di lakukan di era modern ini, seperti buka luwur, bubur kaputrian (bubur asyuro’ ) dan masih banyak lagi Yang belum terekspose oleh khalayak ramai.
Mungkin anda juga sudah tidak asing dengan istilah Buka Luwur. Ya, menurut pemahamannya buka luwur adalah mengganti luwur yang selama setahun menghiasi langit-langit di makam para wali, khususnya wali songo, dengan ritual-ritual yang dilaksanakan, tak terkecuali di Kudus dengan walinya yang sudah masyhur yaitu Sunan Kudus dan Sunan Muria.
Di sebagian besar di tempat-tempat makam para wali buka luwur identik dengan pembagian berkat (nasi yang telah di doakan oleh para kyai), begitupun dengan buka luwur yang terjadi di makam Sunan Kudus. Sebetulnya ada beberapa ritual yang biasa di lakukan oleh masyarakat di sekitar makam Sunan Kudus untuk memeriahkan acara buka luwur tersebut, seperti pembaca’an berjaji yang diiringi oleh rebana terbang papat, terbang papat dalam bahasa Indonesia berarti membaca maulid dengan diiringi oleh empat terbang (rebana).
Kelompok ini adalah kelompak yang diprakarsai oleh penduduk di lingkungan makam, yang dimaksudkan untuk memeriahkan acara buka luwur. Selain itu juga dilakukan tradisi bubur kaputrian / bubur asyuro’, seperti namanya bubur asyuro’ adalah bubur yang dibagikan kepada warga sekitar & pengunjung pada tanggal 9 Muharram atau satu hari sebelum dilaksanakan acara pembagianb nasi jangkrik, bubur ini terbuat dari 8 bahan yang berbeda seperti : beras, jagung, singkong, rempah-rempah, buah jeruk bali, kedelai, ikan teri & kacang-kacangan.
Arti di balik dilaksanakannya acara bubur asyuro yaitu untuk mengingatkan kembali peristiwa terdamparnya kapal Nabi Nuh A.S. Setelah sekian lama terapung-apung di air, pada sa’at itu nabi Nuh dan kaumnya tidak memiliki bahan makanan apapun kecuali sisa-sisa yang ada & merekapun mengolah kembali bahan makanan yang ada untuk bertahan hidup.
Sedangkan tujuan utama diadakannya buka luwur tak lain dan tak bukan adalah untuk memperingati haul dari Kanjeng Sunan Kudus. Lalu juga masih ada pembagian nasi jangkrik (semacam nasi bungkus yang telah di do’akan oleh para alim ulam di Kudus), nasi ini terdiri dari daging kambing dan kerbau yang diperoleh dari para donatur yang ingin bershodaqoh. Dan untuk nasinya di setiap diadakannya buka luwur, nasinya selalu segitu tidak lebih dan tidak kurang, juga tidak terlalu lembek dan terlalu mentah (pas).
Nasi jangkrik ini di bungkus dengan daun jati supaya tetap menjaga aroma nasi tersebut. Kalau biasanya nasi ini diikat dengan tali rafia untuk tahun ini diikat dengan tali yang terbuat dari rumput yang didatangkan langsung dari Jogjakarta .
Jika tradisi tersebut lebih mendapat suport dari PEMDA tanpa mengubah tradisi yang berada di dalamnya, tidak menampik kemungkinan kalau di Kota Kudus umumnya dan di daerah Menara khususnya tidak cuma ada menara & masjid saja, akan tetapi juga tradisi yang melekat pada masyarakatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar